Buku dengan judul kisah-kisah guru sejati memiliki banyak cerita inspiratif. Dengan alur cerita yang menarik dan menginspirasi. Gaya bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami dan emosional yang dapat membawa pembaca larut dalam alur cerita. Buku ini mengandung nilai-nilai moral dan sosial yang ada di sekitar. Buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang menyukai cerita inspiratif tentang pendidikan dan perjuangan hidup.
Dari beberapa kisah inspiratif yang diceritakan buku ini, ada salah satu kisah berjudul “Murid yang Bodoh”. Murid yang Bodoh, menceritakan tentang seorang siswa yang dianggap bodoh oleh teman-temannya. Siswa tersebut Bernama Dullian, Dullian adalah siswa kelas empat di madrasah Ibtidaiah. Dia adalah satu-satunya siswa yang terbodoh (dianggap bodoh) di kelas tersebut. Setiap hari Dullian selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik, dia selalu diolok-olok oleh temannya karena kebodohannya. Mendapatkan perlakuan seperti itu Dullian hanya diam saja dan tidak pernah membalas sama sekali. Dullian yang selalu diolok-olok temannya merasa minder dan dia merasa selalu kalah dengan teman-temannya yang lain.
Suatu ketika, Dullian tidak sengaja tersandung kaki meja temannya dan akhirnya jatuh. Temannya tidak terima dan Dullian hanya terdiam dan menunduk karena teman-teman satu kelas mengerebutinya tanpa ada yang membantu.
Kelas semakin ramai, tiba-tiba pak Farid datang dan bertanya ke siswa ada apa ramai-ramai ini? Pak Farid adalah guru Bahasa arab. Pak Farid mengetahui keributan tersebut, tetapi saat ditanya semua diam. Karena tidak ada yang menjawab Pak Farid meminta anak-anak untuk duduk di bangkunya masing-masing dan Dullian Kembali ke bangkunya yang berada paling belakang.
Pak Farid memulai pembelajaran dengan meminta anak-anak untuk membaca. Pak Farid meminta Dullian untuk membaca bait-bait syair yang dituliskan di papan tulis. Dullian adalah anak yang bodoh di kelas, mana mungkin bisa menjawab pertanyaan Pak Farid. Teman-teman Dullian menertawakan dullian yang hanya menjawab “eng… eng…”. Akhirnya Pak Farid meminta anak- anak yang lain untuk membaca bait tersebut dan beberapa anak lancar membacanya.
Setelah Pelajaran selesai dan waktunya pulang, tiba-tiba Pak farid memanggil Dullian dan meminta untuk tidak pulang dahulu. Setelah kelas sepi Pak Farid meminta Dullian untuk membaca dan menghafal bait-bait yang ditulis Pak Farid di kertas. Dullian tidak boleh pulang sebelum menghafal semuanya dan tidak boleh memberitahu teman-temannya.
Seminggu kemudian Pak farid menyampaikan pelajaran di kelas itu, dan menuliskan syair di papan tulis. Anak-anak diminta membaca berulang-ulang. Kemudian Pak farid menghapus syair yang di papan dan bertanya “siapa yang sudah hafal syair tadi?” tidak ada siswa yang mengangkat tangan, kecuali Dullian. Murid yang dianggap bodoh oleh teman-temannya satu kelas, dengan malu-malu mengangkat tangan. Perlahan-lahan Dullian berdiri dan menghafalkan bait-bait itu dengan lancar dan teman-temanya yang biasa mengolok-ngolok terkejut. Pak Farid memuji Dullian dan meminta teman-temannya untuk tepuk tangan dan menghormatinya. Begitulah yang dilakukan Pak farid kepada Dullian setiap pertemuan. Berlahan-lahantertawaan dan cemoohan teman-temanya Dullian menipis dan berubah menjadi kekaguman pada Dullian.
Perlakukan pak farid pada Dullian mendorong perubahan besar pada Dullian. Dia mulai percaya diri dan meyakini bahwa dia tidak bodoh. Perubahan ini mendorong dullian untuk terus bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Ketika ujian Dullian berhasil mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dan membuat kagum banyak orang.
Kisah ini mengajarkan bahwa dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari guru, murid yang dianggap kurang mampu dapat menunjukkan potensi terbaiknya