Buku dengan judul Refleksi dan sub judul Air, Timba dan Sumur karya Abbas Langaji menyajikan kumpulan renungan mendalam yang bersumber dari pengalaman hidup dan pengamatan sehari-hari, dikemas dalam simbolisme yang puitis dan sangat penuh makna filosofis. Melalui analogisme dari air, timba, dan sumur, penulis mengajak pembaca untuk menengok kembali ke dalam diri, menyelami makna kehidupan, dan memahami dinamika spiritualitas manusia. Air menjadi lambang dari pengetahuan dan kebijaksanaan, yang selalu mengalir dan menyucikan, sementara timba dan sumur adalah sarana serta sumbernya yang perlu diakses dengan kesadaran dan ketekunan.
Abbas Langaji mengembangkan gagasan bahwa hidup bukan sekadar perjalanan horizontal menuju pencapaian luar, melainkan juga pencarian vertikal yang menuntut kedalaman batin. Ia menggambarkan sumur sebagai simbol dari potensi diri yang tersembunyi dan sering terabaikan. Untuk menimba makna sejati kehidupan, seseorang harus dengan sengaja “menimba”—berani menyelami ruang-ruang reflektif dalam diam, dalam luka, dan dalam perenungan. Proses ini tidak selalu mudah, namun justru dalam keheningan itulah muncul pemahaman-pemahaman baru yang sering luput dalam hiruk pikuk kehidupan modern.
Gaya bahasa Abbas dalam buku ini mengalir lembut namun mengandung daya pukau spiritual. Ia tidak menggurui, melainkan menyajikan kisah, analogi, dan pengalaman personal sebagai cermin bagi pembaca. Ada nada kesederhanaan yang justru memperdalam makna tiap halaman, seolah penulis menuntun kita untuk memaknai ulang hal-hal yang tampak biasa namun menyimpan pesan kebijaksanaan. Refleksi tentang relasi antar manusia, pencarian jati diri, dan pentingnya kehadiran dalam setiap momen menjadi benang merah yang menjahit keseluruhan isi buku.
Secara keseluruhan, REFLEKSi: Air, Timba dan Sumur bukan sekadar bacaan, melainkan ajakan untuk kembali memaknai hidup secara lebih dalam dan hening. Buku ini cocok bagi siapa saja yang tengah mencari makna dalam perjalanan spiritual atau sekadar ingin berhenti sejenak dari riuh dunia untuk mendengar suara hati. Abbas Langaji berhasil menyampaikan bahwa dalam kehidupan, bukan seberapa banyak yang kita kejar di luar, tapi seberapa dalam kita mampu menggali ke dalam diri. Dengan cara ini, buku ini menjadi semacam peta jiwa, yang menunjukkan bahwa sumber air kehidupan ada di dalam diri sendiri.