Saya tidak pernah suka membaca buku tentang motivasi. Sebab, bagi saya secara personal, banyak buku berisi tawaran yang semu. Lihatlah betapa banyak orang menulis “Lima Langkah Mengubah Dunia”. “Bersikap Seperti Orang Sukses”, “Mengenal Kebiasaan Orang Sukses Agar Anda Tertular”.
Apakah itu salah? Tentu tidak. Itu hanya persoalan preferensi. Saya tidak bisa menemukan alasan paling halus kenapa buku-buku semacam itu tidak pernah jadi daftar favorit saya dalam membaca buku.
Lalu saya menemukan buku Atomic Habits. Awalnya saya punya perasaan skeptis, buku ini tentu tidak jauh-jauh dari buku lain yang sejenis. Tapi saat seorang kawan memaksa saya membaca buku ini, akhirnya saya menyelesaikannya dalam beberapa bulan lamanya.
Baiklah, mari kita serius.
Buku ini ditulis oleh James Clear. Cukup tebal (dengan 320 halaman) dan terlihat gagah ketika buku ini ditenteng kesana kemari. Buku ini memiliki sampul putih dan tulisan terpampang besar judul bukunya Atomic Habits. Hal ini sebenarnya pesan terselubung penerbit dan penulisnya agar pembaca fokus pada judul, bukan pada penampilan buku.
Buku ini ditujukan untuk siapapun yang mencoba hidup fokus dan minimalis. Ringkas dan selalu menancap pada ingatan. Dugaan saya ini ternyata dibuktikan dengan sampul buku yang sesimpel tadi.
Menurut James Clear dalam sebuah presentasi tentang buku ini yang saya kutip dari kanal youtube.com/ABP Speakers, judul bukunya terinspirasi dari kata Atom. Sebuah partikel paling kecil di dunia yang merupakan unsur dasar pembentuk sebuah benda padat. Atom-atom yang terkumpul menjadi bentuk baru yang bermilyar kali lebih besar dari tubuh atom itu sendiri. Hal itulah yang menginspirasi James bahwa perubahan dimulai saat kita menyusun hal-hal kecil secara konsisten.
Buku ini meraih banyak penghargaan dan dicetak berkali-kali di seluruh dunia. Padahal jika dibaca dengan teliti, konsep dalam buku ini sebenarnya tidak serta merta baru. Bukankah Nabi Muhammad Shollaallahu Alaihi wa Sallam pernah mengatakan bahwa hal-hal kecil yang dilakukan secara istiqomah jauh lebih baik daripada hal-hal besar yang dilakukan dengan intensitas yang jarang. Inilah konsep yang ditawarkan buku ini. James Clear tampaknya hanya menulis ulang apa yang beberapa abad lalu pernah disampaikan Rasulullah.
Menerapkan Hukum 1%
Bagi Clear, masalah utama manusia adalah banyak membual dan berkhayal. Untuk melakukan perubahan, manusia kebanyakan menggunakan percobaan yang ekstrim dan drastis. Hal ini ternyata juga memberikan perubahan yang drastis. Tapi, banyak dari mereka yang gagal juga dalam waktu yang tidak lama. Mereka gagal konsisten karena apa yang mereka ubah terlalu bernafsu, mendadak, dan berat.
James menawarkan konsep perubahan sebesar 1% dengan catatan konsisten. Secara matematis, jika kita melukan perubahan itu setiap hari 1% saja, maka dalam waktu 365 (1 tahun) kita punya kebiasaan baik dan perubahan 37 kali lipat atau lebih. James menambahkan kebiasaan yang baik adalah kumpulan dari hal baik kecil yang dilakukan secara terus menerus.
Di bukunya, James mencontohkan tim pesepeda dari Inggris. Selama 110 tahun, tim pesepeda Inggris tidak pernah memenangkan satu pertandingan pun dalam ajang internasional. Kemudian mereka merekrut Dave Brailford sebagai pelatihnya. Fokus Dave adalah untuk meningkatkan 1% kemajuan secara konsisten.
Selama 5 tahun, 1% ini telah terakumulasi menjadi ratusan kemajuan dengan hasil yang luar biasa. Akhirnya, pada tahun 2008 setelah 5 tahun mempersiapkan diri, Tim Pesepeda Inggris berhasil menyumbang 60% medali emas yang didapat Tim Inggris di Olimpiade Beijing. Waktu itu Inggris membawa pulang 19 emas, 13 perak, dan 19 perunggu.
4 tahun kemudian ketika Olimpiade diselenggarakan di London, Tim Pesepeda Inggris berhasil mencatatkan 9 rekor olimpiade dan 7 rekor dunia. Hasil luar biasa ini tidak lepas dari kumpulan 1% yang dilakukan secara konsisten dan sering dianggap remeh oleh orang lain.
Lupakan Apa itu Sukses, Perbaikilah Proses
James menawarkan 4 pola untuk memulai kebiasaan baik: Obvious, Attractive, Easy, dan Satisfiyng. Apa sebenarnya 4 pola tersebut bisa anda baca langsung di bukunya. Sebab kalau saya ulas satu persatu langkah tersebut, saya menggagalkan buku ini untuk laris manis di pasaran. Saya juga gagal mempengaruhi dan memberi rasa penasaran pada anda untuk membaca langsung bukunya. Tentu itu tidak menarik. Jadi jalan satu-satunya dan yang terbaik adalah meminjam, atau membeli versi asli bukunya.
Tapi, supaya pembaca setia reviu saya di sini tidak menyesal telah meluangkan waktu sibuknya untuk mampir dan membaca tulisan saya, maka saya tutup tulisan saya ini dengan paragraf-paragraf sederhana berikut ini.
Sebenarnya inti buku ini tidak hanya terletak pada cara kita untuk mengubah kebiasaan. Namun, buku ini pun mengajak kita mengubah pola pikir. Selama ini kita sibuk memikirkan kapan kita sukses dan sukses seperti apa yang kita inginkan padahal yang paling penting adalah bagaimana jalan kita agar kita bisa sukses.
Kalau kita bicara soal goals atau tujuan akhir maka,
The goal is not to read a book, the goal is to become a reader. Tujuan utamanya bukan membaca buku, tujuan utamanya adalah menjadi pembaca buku.
The goal is not to run a marathon, the goal is to become a runner. Tujuan utamanya bukan berlari marathon, tujuan utamanya adalah menjadi pelari.
Tujuan utamanya bukan karena kita sehat maka kita berolahraga, tapi karena olahraga, kita menjadi sehat.
Kalau konteks kita adalah pendidikan, maka tujuan utama kita sebagai guru (seharusnya) bukan agar siswa belajar. Tujuan utamanya adalah menjadikan siswa sebagai seorang pembelajar.