(14 Aug 2024 | 13:29)

Resensi Buku: A Review on Herbal Cosmetic Used in Skin and Hair Care

Pesona Diri dalam CHEMICARE (Chemical Care)

Kosmetik adalah zat yang digunakan oleh manusia pada bagian luar tubuh seperti kulit dan rambut, untuk membersihkan, merawat, dan mempercantik tubuh tanpa mempengaruhi struktur atau fungsinya. Kata “kosmetik” berasal dari bahasa Yunani “kosm tikos” yang berarti memiliki kekuatan, penataan, keterampilan dalam mendekorasi. Produk kosmetik terus dikembangkan untuk mencegah atau mengatasi berbagai permasalahan luar tubuh pada berbagai kondisi iklim. Kecantikan luar tubuh bergantung pada kesehatan, pola hidup, rutinitas pekerjaan, kondisi iklim tempat beraktivitas, serta kebiasaan perawatan. Kondisi luar tubuh pada iklim panas akan berbeda dengan kondisi luar tubuh pada iklim dingin yang ekstrem, sehingga perawatannya pun berbeda. Kosmetik adalah rangkaian produk yang sangat beragam bentuk dan fungsinya dari pembersih, gel, krim, bedak cair, bedak tabur, pewangi atau parfum, dan lainnya. Produk kosmetik juga dibuat bervariasi untuk berbagai jenis kulit seperti kulit normal, kering, berminyak, kombinasi, dan kulit sensitif.

Produk kosmetik terbagi menjadi dua jenis berdasarkan kandungan utamanya, yakni kosmetik sintetis (synthetic cosmetic) dan kosmetik alami (natural cosmetic). Kosmetik sintetis mengandung bahan utama berupa zat kimia sintetis atau zat yang disintetis atau dibuat di laboratorium oleh ahlinya. Adapun kosmetik alami mengandung bahan utama berupa zat kimia yang diperoleh dari bahan alam seperti tanaman, hewan, atau mineral. Banyak konsumen yang mulai beralih menggunakan kosmetik alami dengan pertimbangan bahan kimia yang ada pada produk kosmetik. Namun, kedua jenis kosmetik ini masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, baik dalam kinerja perawatan luar tubuh maupun efek jangka panjang bagi tubuh dan lingkungan.

Kosmetik sintetis mengandung bahan utama berupa zat kimia sintetis yang menjadi pro dan kontra dalam penggunaannya. Zat kimia pada kosmetik sintetis tidak semuanya berbahaya, karena terdapat beberapa zat kimia yang sebenarnya disintetis dari bahan alam, lalu ditambahkan zat-zat kimia lain untuk memperkuat dan mempercepat kinerja kosmetik dengan jumlah ketersediaan produk yang tinggi untuk penggunaan komersial dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan kosmetik alami. Faktor-faktor inilah yang menjadikan kosmetik sintetis banyak diminati konsumen. Pada sisi lain menurut banyak penelitian, kosmetik sintesis memiliki efek jangka panjang yang buruk bagi kulit dan lingkungan. Hal ini disebabkan zat-zat kimia yang berbahaya seperti paraben, senyawa sulfat, polifluoroalkil (PFAS), formaldehid, toluena, dan dibutil phthalate. Oleh karena itu, beberapa kosmetik sintetis memiliki label “5-free”, “7-free”, “10-free”, dan “15-free” tergantung pada banyaknya zat kimia resmi terdaftar berbahaya yang tidak terkandung dalam kosmetik tersebut.

Efek jangka panjang yang buruk pada tubuh dan lingkungan membuat konsumen hari ini mulai banyak beralih pada kosmetik alami. Kosmetik alami tidak sama dengan kosmetik tradisional. Produk kosmetik alami yang beredar dan tersertifikasi bukan berarti seluruh bahan yang terkandung pada kosmetik tersebut merupakan bahan alami. Kosmetik alami sendiri tersertifikasi oleh institusi dengan identifikasi bahan-bahan organik yang terkandung di dalamnya, seperti NPA (Natural Products Association) dan NOP (National Organic Program) yang menetapkan standar produk alami harus memiliki minimal 95% kandungan bahan alami, serta COSMOS (Cosmetic Organic and natural Standard) yang menetapkan standar produk alami harus memiliki 70% kandungan bahan alami dan 15% turunan bahan alami. Kosmetik alami memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kosmetik tradisional yang 100% terbuat dari bahan alam, karena kosmetik alami didukung oleh beberapa zat kimia sintetis dengan prosentase minor untuk memaksimalkan fungsi kinerja kosmetik. Keunggulan ini diantaranya tidak memicu reaksi alergi, mudah menyatu dengan luar tubuh seperti kulit dan rambut, memiliki stabilitas dan kemanjuran produk yang lebih baik, serta masa penyimpanan yang lebih mudah dan jangka panjang. Adapun keunggulan kosmetik alami dibandingkan kosmetik sintetis diantaranya  bebas dari zat kimia sintetis yang berbahaya, memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit hingga tidak ada efek samping jangka pendek maupun jangka panjang, tidak menimbulkan reaksi alergi, cocok untuk semua jenis kulit, serta ramah lingkungan dan mudah terdegradasi. Kelemahan kosmetik alami dibandingkan kosmetik sintetis diantaranya masa penyimpanan yang lebih terbatas, harga yang lebih tinggi, serta waktu penggunaan yang lebih lama untuk memperoleh fungsi yang sama pada kosmetik sintetis.

Bahan-bahan alami yang terkandung dalam kosmetik terbagi menjadi bahan utama dan bahan pendukung. Bahan alami utama yang sudah banyak dimanfaatkan diantaranya minyak kelapa yang berfungsi sebagai pelembab dan pelembut tekstur kulit, minyak biji bunga matahari yang berfungsi sebagai pelembut tekstur kulit, minyak jojoba yang berfungsi sebagai pelembab dan pewangi, lidah buaya yang berfungsi sebagai antioksidan dan pelembab, minyak biji wortel yang berfungsi sebagai anti-aging atau agen peremaja kulit. Adapun bahan alami pendukung terklasifikasi berdasarkan fungsinya, diantaranya pewarna, pemanis, pengikat larutan, pengencer larutan, pelumas, agen pensuspensi, dan pengawet. Pewarna alami diantaranya diperoleh dari buah beri, buah delima, dan mineral perunggu. Pemanis alami diantaranya ada steviol glikosida dari daun stevia dan mogrosides dari buah biksu. Zat pengikat diantaranya gelatin dari hewan dan selulosa dari tanaman. Agen pensuspensi salah satunya diperoleh dari kulit benih Plantago ovata. Pewangi atau pemberi aroma diantaranya diperoleh dari cengkeh, kayu putih, buah jeruk, dan buah pala.

Sebagai muslim, kosmetik yang digunakan pada tubuh juga penting untuk diperhatikan dan diketahui kehalalannya. Tidak hanya makanan, kosmetik yang merupakan bagian dari aspek kehidupan seorang muslim juga perlu diperhatikan kehalalannya. Terlebih pada penggunaannya ada kemungkinan produk kosmetik tidak sengaja tertelan, terhirup, atau terserap melalui kulit. Banyak produk kosmetik yang telah tersertifikasi halal, namun juga banyak kosmetik yang sekedar mengklaim halal tanpa tersertifikasi halal. Hal yang umum umat muslim ketahui adalah produk kosmetik halal tidak boleh mengandung bahan yang berasal dari babi, bangkai, darah, dan manusia, namun sebagian besar titik kritis kehalalan kosmetik terdapat pada komposisi bahan seperti zat aktif, pemekat, minyak, waxes, dan pelarut. Zat-zat ini ada yang diperoleh dari tumbuhan, ada pula yang diperoleh dari hewan. Zat alami yang diperoleh dari hewan perlu diketahui jenis hewan, proses penyembelihannya pada hewan-hewan tertentu, serta tidak adanya kotoran pada pengambilan bahan hewani. Kesadaran pentingnya kehalalan produk kosmetik tidak selalu diimbangi dengan wawasan dan kompetensi seorang muslim dalam mengidentifikasi dan menganalisis kehalalan produk. Oleh karena itu, lembaga sertifikasi halal, yakni Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) memiliki peran besar membantu umat muslim untuk memperoleh jaminan produk-produk kosmetik halal.