Kunjungi Web Kami : Yayasan | TK | SD | SMP | SMA | Boarding School | STKIP Al Hikmah Surabaya
Login | Hubungi kami 031-8289097

Gifted Underachiever: Mengungkap Black Box Sekolah tentang Rekam Jejak Siswa Berbakat Berprestasi Kurang

13 March 2023 04:00:53, by Administrator

Oleh : Azifa Dyah Addina, S.Si

ALHIKMAH TEACHER  LITERACY

     Pernahkah di sekitar kita ada anak atau siswa yang menampakkan kemampuan akademik yang rendah selama di kelas, tapi memiliki nilai IQ di atas rata-rata? Pasti kita pernah menemui anak semacam ini. Ia disebut Gifted-Underachievement, anak yang berbakat atau memiliki potensi besar, namun minim atau sama sekali tidak memiliki prestasi.

     Sejatinya semua anak memiliki kecerdasannya masing-masing, seperti yang Allah firmankan dalam Quran Surat At-Tiin ayat 4 yang artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”. Sangat disayangkan tidak semua orang termasuk orang tua dan pendidik memiliki pandangan yang sama. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa anak yang cerdas adalah anak yang memiliki prestasi, khususnya prestasi akademik. Kenyataannya anggapan ini sudah tidak berlaku lagi hari ini. Jika kita menilik kilas kembali sejarah, tokoh-tokoh besar yang mengisi Hall of Frame tidak selalu penuh dengan prestasi saat masa anak-anak atau remaja. Ada Thomas Alva Edison yang pernah diusir dari sekolah, namun suatu hari anak yang dianggap bodoh ini mampu menerangi seisi dunia dengan temuannya. Ada juga fisikawan tersohor Albert Einstein yang semasa sekolah dianggap siswa biasa-biasa aja.

     Lantas, bagaimana anak berbakat gagal dalam akademik mereka? Apa saja yang menyebabkan mereka gagal memanfaatkan potensi besar yang mereka miliki? Dr. Abdul Muhid, M.Si. mencoba melakukan penelitian disertasi terkait fenomena Gifted-Underachiever, lalu menuliskannya dalam buku ini. Penelitian dilakukan pada seorang siswa dengan skor IQ 154 berpredikat highly gifted. Dengan potensi besar yang ia miliki, seharusnya siswa ini bisa memiliki prestasi yang segudang, namun yang terjadi bisa sebaliknya. Penulis mencoba mengungkapkan black-box dibalik fenomena Gifted-Underachiever guna mengetahui alur penyebab siswa gifted yang seharusnya berperilaku sebagai achiever justru menunjukkan perilaku sebagai underachiever. Hal berbeda dan istimewa yang diterapkan dalam penelitian ini adalah digunakannya pendekatan interaksi simbolik, yakni Penulis juga menggunakan sudut pandang subyek dalam memahami perilaku underachievement pada siswa gifted.

     Penulis melakukan pengamatan terhadap perilaku subyek selama pembelajaran beberapa mata pelajaran dan melakukan interaksi dalam bentuk wawancara dengan subyek. Penulis mencoba menguraikan interaksi guru-siswa selama pembelajaran di kelas menggunakan teknik mengungkap black-box dan empat gerak pedagogis meliputi teacher structuring, student responding, teacher reacting, dan teacher soliciting. Dari pengamatan interaksi guru-siswa selama proses pembelajaran diperoleh data pemaknaan guru pengajar terhadap subyek maupun pemaknaan subyek terhadap guru pengajar dan proses pembelajaran di kelas yang mempengaruhi subyek untuk menunjukkan perilaku Underachievement. Pemaknaan guru terhadap subyek yang teramati dari penelitian adalah: 1) siswa yang biasa-biasa saja, 2) siswa yang tidak menonjol, 3) siswa yang rendah prestasi belajarnya, 4) siswa yang tidak istimewa, 5) siswa yang tidak dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas, 6) siswa yang berwajah babyface, 7) seperti anak kecil, dan 8) siswa yang suka bermain-main di kelas. Adapun pemaknaan subyek terhadap guru dan proses pembelajaran di kelas adalah: 1) membosankan, 2) banyak soal, 3) berat atau sulit, 4) suasana kelas yang ramai, 5) guru pendiam, minim interaksi dengan siswa, 6) guru membingungkan, 7) guru pelan dalam menjelaskan, 8) guru tegas, 9) guru sibuk dengan urusan sendiri, 10) guru tidak seru, dan 11) siswa yang pasif.

    Pemaknaan guru pengajar terhadap subyek dan pemaknaan subyek terhadap guru pengajar dan proses pembelajaran di kelas menyebabkan subyek menunjukkan perilaku-perilaku Underachievement yang diamati berdasarkan self-direction, self-confidence, self-concept, self-efficacy, dan self-sufficient subyek. Perilaku-perilaku Underachievement subyek teramati sebagai berikut: 1) tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan baik, 2) mengalami kesulitan menjawab pertanyaan secara langsung, 3) kebiasaan belajar yang rendah, 4) kesulitan dalam belajar kelompok, 5) menghindari kompetisi, 6) motivasi berprestasi rendah, 7) perilaku mengundurkan diri (withdraw) dari tugas atau tantangan yang diberikan, 8) kurang percaya diri, 8) kurang terlibat dalam aktivitas pembelajaran di kelas, 9) kurang terlibat dalam aktivitas pembelajaran di kelas, 10) gagal dalam mengembangkan rasa self-efficacy, 111) prestasi belajar yang rendah, dan 12) kurang mandiri.

    Pengungkapan black box sekolah tentang fenomena Gifted-Underachievement ini menunjukkan bagaimana sekolah, guru, dan siswa itu sendiri sebagai subyek sama-sama memiliki pengaruh dalam penunjukan perilaku Underachievement pada siswa gifted. Program-program sekolah perlu menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan unik siswa gifted, tipe kepribadian siswa gifted, serta diferensiasi perlakuan yang jelas antara siswa gifted dan siswa lainnya. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menciptakan suasana yang hangat dan interaktif, menerima segala kondisi siswa, dan menerapkan model belajar-mengajar yang fleksibel. Selain itu, dari hasil penelitian pengaruh interaksi guru-siswa terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa labeling yang diberikan pada siswa gifted memiliki pengaruh negatif terhadap prestasi belajar siswa yang sering disebut sebagai “Pygmalion effect”. Siswa juga perlu memiliki motivasi dari dalam diri untuk berprestasi akademik yang tinggi, sebab ketika siswa tidak menunjukkan termotivasi untuk berprestasi, maka guru akan memiliki kemungkinan untuk meragukan keterbakatan siswa.

 

Berita Terkait
Link Terkait